Saung Ranggon, Hidden Gem Rumah Tertua di Cikarang

 Halo sobat mlaqumlaqu. Di artikel sebelumnya di sini, saya mengulas tentang salah satu tempat wisata edukasi di Cikarang yaitu Taman Buaya Indonesia Jaya. Masih berada di Cikarang juga, saya baru tahu lho kalau ternyata ada hidden gem rumah tertua di Cikarang yang berdiri sejak abad 16 yaitu Saung Ranggon. Kondisi rumah tertua tersebut juga masih terawat, yang dijaga oleh generasi ke 6 dari pemilik rumah tersebut. Jadi akhir pekan minggu kemarin itu saya mengikuti acara jalan bareng komunitas Click Kompasiana melakukan Jelajah Click Cikarang. Tujuan destinasi kali ini yaitu wilayah Cikarang dan terpilih salah satunya Saung Ranggon ini.

Saung Ranggon, hidden gem Cikarang Barat

Pada jaman penjajahan Belanda, banyak prajurit Indonesia yang dikejar oleh pasukan Belanda. Tidak sedikit yang tertangkap, namun banyak juga yang berhasil melarikan diri dan bersembunyi. Ada banyak tempat di berbagai daerah di Indonesia yang dipakai sebagai tempat persembunyian atau persinggahan dari kejaran pasukan Belanda, salah satunya rumah penduduk setempat. Kebanyakan rumah jaman dulu itu khas rumah tradisional seperti berbentuk rumah panggung dan terbuat dari kayu Jati atau kayu Ulin yang tahan lama.
Saung Ranggon merupakan salah satu rumah adat tradisional di Cikarang Barat yang menjadi tempat persembunyian anak Pangeran Jayakarta dan para utusan Wali dari kejaran pasukan Belanda. Berlokasi di Desa Cikedokan, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Saung Ranggon ini dibangun sekitar abad 16 atas perintah Pangeran Rangga, salah putra Pangeran Jayakarta yang bermukim di Cikedokan. Menurut kabar, Saung Ranggon ini sempat tidak terurus, hingga akhirnya ditemukan oleh Raden Abbas, pasukan Mataram dan merawatnya. Di jaman kerajaan Pajajaran bahkan Saung Ranggon juga dijadikan sebagai tempat untuk merencanakan strategi perang.

Untuk mencapai Saung Ranggon ini dari stasiun Cikarang menggunakan mobil sewaan dengan waktu tempuh perjalanan sekitar 20 menit atau 20 km. Menempati area seluas 500 meter persegi, Saung Ranggon yang berbentuk rumah panggung ini berukuran 7,6 x 7,2 meter. Setelah menjadi tempat persembunyian dari kejaran pasukan Belanda, Saung Ranggon ini juga difungsikan sebagai tempat penyimpanan benda pusaka seperti keris, pedang peninggalan Pangeran Jayakarta.
Saung dalam bahasa Sunda berarti rumah yang dijadikan sebagai lumbung padi atau tempat penyimpanan hasil tani. Karena berbentuk panggung, Saung Ranggon memerlukan tangga untuk menaikinya dengan 7 buah anak tangga. Uniknya, rangka atap Saung Ranggon ini berbentuk V terbalik, kayu penyangga terbuat dari kayu Ulin yang terkenal ketahanannya. Menurut juru kunci Saung Ranggon yang bertugas memelihara, menjaga dan merawat Saung Ranggon beserta isinya, Ibu Sri Mulyati bahwa tugas menjaga rumah adat peninggalan ini dilakukan secara turun temurun. Beliau adalah generasi ke 6 dari Raden Abbas, pasukan Mataram yang menemukan kembali Saung Ranggon ini di tahun 1821.

Posisi Saung Ranggon ini menghadap Selatan dengan satu pintu utama tanpa jendela. Kondisi Saung Ranggon ini terdiri atas 2 ruangan, di mana yang satu ruangan sebagai ruang terbuka dan yang satunya lagi berupa kamar dengan penyekat tempat menyimpan benda pusaka. Di dalam kamar tersebut juga terdapat tempat tidur, beberapa foto dan lukisan diantaranya foto Presiden Pertama RI Soekarno, lukisan Wali Songo dan juga lukisan Nyai Roro Kidul.

Menurut Ibu Sri, banyak pengunjung yang datang ke Saung Ranggon sekaligus sebagai ziarah ke makam keturunan Pangeran Jayakarta yang lokasi makamnya tidak jauh dari Saung Ranggon tersebut. Sebagai juru kunci, beliau mendampingi setiap ada pengunjung yang hendak berdoa menyampaikan hajatnya di dalam kamar. Oleh sebab itu di dalam kamar juga tersedia sajadah untuk sholat.

Oiya sobat mlaqumlaqu, Saung Ranggon yang dikelilingi pagar ini sudah resmi sebagai cagar budaya Kabupaten Bekasi, ya. Secara keseluruhan, Saung Ranggon ini cukup terawat dengan baik mengingat usianya yang mencapai 5 abad namun masih terlihat kokoh. Di sekeliling ruangan dalam saung ditutup hordeng berwarna biru hingga cahaya matahari minim masuk ke dalam yang membuat ruangan terasa lembab. Selain bangunan saung di depan saung terdapat bangunan rumah tinggal Sri beserta keluarganya, sedang di samping kanan dan kiri saung terdapat rumah makan dan mushola kecil untuk pengunjung melakukan ibadah sholat. Tidak jauh dari mushola terdapat makam keturunan para Wali dan juga sumur yang diperkirakan usianya sama dengan Saung Ranggon tersebut. 




Ada Buaya Berantem di Taman Buaya Indonesia Jaya Cikarang

Hola sobat mlaqumlaqu, apa kabarnya nih di bulan Februari yang sebentar lagi berakhir? Semoga sobat sehat-sehat semua ya. Perjalanan mlaqumlaqu kali ini sampai ke tetangganya Bekasi nih, tepatnya ke daerah Cikarang. Penasaran juga ada objek wisata apa ya di sekitaran Cikarang itu? Kabarnya ada tempat penangkaran buaya terbesar di Indonesia,lho. Ok, lets check it out then.

Tepat pukul 9.00 WIB saya dan teman dari komunitas Kompasianer pengguna transportasi Commuter Line, MRT dan LRT atau dikenal dengan Click berkumpul di stasiun Manggarai pada hari Sabtu lalu. Kami berencana menjelajah Cikarang tepatnya ke objek wisata Taman Buaya Indonesia Jaya, tempat pemeliharaan dan penangkaran buaya. Lokasi Taman Buaya ini berada di desa Sukaragam, tepatnya di Jalan Raya Cikarang Cibarusah, kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Kalau dari stasiun Cikarang memakan waktu tempuh sekitar 1 jam menggunakan mobil.

Baca juga: Rekomendasi Tempat Piknik Gratis di Jakarta

Setelah semua peserta Jelajah Click Cikarang berkumpul, kami menaiki kereta commuter line dengan relasi stasiun Angke - stasiun Cikarang dengan jadwal keberangkatan pukul 09.27 WIB. Berhubung hari itu akhir pekan, penumpang kereta cukup banyak mengantri untuk menaiki kereta dengan jurusan Bekasi Cikarang ini. Perjalanan dengan kereta ditempuh sekitar 45 menit dengan berhenti di stasiun Matraman, Jatinegara, Klender, Buaran, Klender Baru, Cakung, Kranji, Bekasi, Bekasi Timur, Tambun, Cibitung dan berakhir di stasiun Cikarang. Dari stasiun Cikarang kami melanjutkan perjalanan menuju Saung Ranggon yaitu salah satu lokasi situs cagar budaya berupa rumah tertua di Bekasi. Cerita tentang Saung Ranggon ini ada di sini

Lihat buaya berantem di Taman Buaya Indonesia Jaya, Cikarang

Taman Buaya Indonesia Jaya yang masuk dalam wilayah Cikarang, Kabupaten Bekasi ini merupakan salah satu tempat pemeliharaan dan penangkaran buaya milik perorangan. Sebelumnya berlokasi di Pluit dari tahun 1980an, tapi kemudian pindah karena lokasinya mau dijadikan pusat perbelanjaan dan menempati lokasi yang sekarang sejak tahun 1991.
 
Berada di pinggir jalan utama Jalan Raya Cikarang Cibarusah, di mana jalan raya ini termasuk jalur padat kendaraan yang melintas dari Cikarang menuju Cibarusah dan sekitarnya. Memasuki halaman parkir Taman Buaya Indonesia Jaya, kami disambut patung buaya yang besar dengan panjang 4 meter di depan dekat dengan pintu masuk ke dalam taman dan loket karcis. Harga karcis masuk Taman Buaya Indonesia Jaya ini sebesar Rp20.000 tanpa batasan usia dan beroperasi mulai pukul 08.00-16.00 WIB setiap hari.
Dengan luas sekitar 1,2 hektar, terdapat 320 buaya dengan berbagai jenis yang ada di Taman Buaya Indonesia Jaya, yang dahulu dikenal sebagai pusat penangkaran buaya terbesar di Indonesia. Jumlah buaya yang ada sekarang ini semakin menyusut dari sebelumnya yang mencapai 500an lebih akibat banyaknya yang mati karena saling berantem antar mereka dalam memperebutkan wilayah, makanan bahkan juga pasangan.

Di taman ini terdapat 4 buah kolam yang tiap kolamnya dapat menampung hingga 100 ekor buaya. Ketika saya mulai mendekati kolam, terlihat buaya-buaya yang berderet berbaris diam bahkan ada yang mulutnya terbuka memperlihatkan gigi-giginya yang tajam. Saya sempat bertanya pada Pak Warsidi, salah satu petugas Taman Buaya Indonesia Jaya kenapa buaya kok suka membuka mulutnya dan diam tanpa gerak. Beliau bilang kalau itu buaya sedang mengatur masuknya udara yang masuk, ooo kirain lagi jemur giginya karena abis makan hehehe. Satu lagi yang bikin saya takjub, ternyata usia hidup buaya termasuk panjang ya bisa mencapai usia 100 tahun. Seperti yang ada di Taman Buaya Indonesia Jaya ini ada yang berusia 60 tahun. Subhanallah.

Pak Warsidi juga menjelaskan bahwa buaya yang ada di pusat pemeliharaan dan penangkaran ini terdiri dari berbagai jenis, yaitu buaya Sumatra, buaya Kalimantan yang bermoncong panjang, buaya Papua atau buaya hitam, buaya buntung dan buaya putih (albino). Buaya-buaya ini sanggup menghabiskan 8-9 ekor ayam sekali makan per 1 ekor buaya. Idealnya sih buaya-buaya ini makannya tiap hari, tapi berhubung kendala dana operasional dalam membeli makanan untuk buaya terbatas mengandalkan dari pemasukan tiket pengunjung, jadi buaya-buaya ini diberi makan seminggu dua kali. Kasihan ya, pantes aja buaya-buaya ini jadi suka berantem antar mereka karena faktor rebutan makanan juga. Belum lagi tenaga operasionalnya yang juga kurang dalam hal pengawasan dan pemeliharaan kolam serta fasilitas lainnya.


Sebelum pandemi, Taman Buaya Indonesia Jaya ini menjadi salah satu destinasi wisata favorit keluarga karena nggak cuma bisa melihat buaya dari dekat tapi juga bisa menyaksikan atraksi mereka. Pengunjung juga bisa melihat ketika petugas memberi makan, bahkan juga bisa melihat proses penetasan telur, perawatan bayi buaya dan juga mengenal jenis-jenis buaya. Di Taman Buaya Indonesia ini jadi semacam tempat pengunjung belajar langsung dari objeknya, bisa dikatakan semacam edukasi wisata.

Selain terdapat kolam berisi buaya, di taman ini juga menyediakan fasilitas saung keluarga, ruang pentas untuk acara tertentu, ruang atraksi buaya, tempat parkir yang luas, warung makanan, toilet, dan wahana permainan anak seperti ayunan. Kalau menurut saya sih, Taman Buaya Indonesia Jaya ini layak mendapat support pemerintah agar pemeliharaan buaya-buaya dan kolamnya dapat maksimal dan menghindari buaya-buaya itu mati karena kelaparan. Menurut kalian gimana, sobat mlaqumlaqu?



Review Chief Coffee Radio Dalam, Rekomendasi Kafe Buat Nongkrong atau Nugas

 Hai sobat mlaqumlaqu. Kalian suka nongkrong di kafe, ngga? Entah sekedar ngobrol atau hangout bareng bestie kalian atau mungkin juga mengerjakan pekerjaan atau tugas kuliah, kafe kini juga makin banyak di gemari. Menjamurnya kafe-kafe bukan hanya menjadi monopoli kota Jakarta, di kota-kota lain di Indonesia juga mulai banyak tumbuh kafe-kafe baru. Hal ini tentu saja menggembirakan, menandakan roda perekonomian kita hidup dan berkembang.

Hari Jumat lalu saya diundang teman untuk menemaninya makan siang di salah satu kafe di bilangan Jakarta Selatan tepatnya di daerah Radio Dalam. Siapa sih yang mau menolak rejeki? Kebetulan hari itu saya tidak ada kegiatan di luar, jadi saya mengiyakan ajakannya. Kafe yang menjadi tujuan kami yaitu Chief Coffee yang berlokasi di Jalan Yado 3 No. A2, Radio Dalam, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Kami janjian di halte TransJakarta CSW untuk bersama ke Chief Coffee dengan menaiki bus TransJakarta S21 jurusan Tosari-Ciputat melewati jalan Radio Dalam. Kebetulan lokasi Chief Coffee ini memang cukup strategis, berada di pinggir jalan raya dan dekat dengan titik perhentian bus TransJakarta. 

Jadi, kalau sobat mlaqumlaqu dari arah Blok M, kita turun di pemberhentian di Jalan Langgar. Sedang kalau dari arah Lebak Bulus, kita turun di pemberhentian Jalan Yado 3.

Chief Coffee, rekomendasi kafe buat nongkrong atau nugas

Daerah Kebayoran Baru memang banyak terdapat kafe-kafe yang nggak cuma estetik tapi juga menyajikan hidangan yang nggak kalah dengan kafe yang ada di hotel bintang lima. Begitu juga dengan Chief Coffee yang menawarkan hidangan yang lezat dengan harga terjangkau serta kenyamanan pengunjung tempat yang luas baik yang indoor maupun yang outdoor. 

Di dominasi oleh warna monokrom, Chief Coffee Radio Dalam sering kali menjadi tempat yang asyik untuk berlama-lama mengerjakan tugas. Selain yang berlokasi di Radio Dalam, Chief Coffee juga berada di daerah Kemang dan di Ciragil, Kebayoran Baru. 

Menu yang ada di ketiga lokasi Chief Coffee rata-rata sama, baik dari jenis hidangan maupun harganya. Namun begitu mereka juga mempunyai menu Best Seller. 

Begitu sampai di lokasi Chief Coffee Radio Salam ini, kami disambut dengan ramah oleh salah satu stafnya dan langsung menuju salah satu meja. Sambil menunggu teman yang lain datang, kami melihat-lihat daftar menu. 


Pilihan menu cukup banyak dan menggoda selera makan. Selain masakan Eropa,  Chief Coffee juga menyediakan masakan lokal.  Berikut menu yang kami pesan. 

Rosemary Chicken Truffle

Kombinasi ayam,  saus krim,  jamur dan minyak truffle berasa sekali.  Daging ayamnya lembut, juicy,  kentangnya juga gurih dengan potongan yang tebal. 

Nasi Jeruk
Nasinya gurih dan harum dipasangkan dengan ayam goreng jeruk. Harga Rp40.000



Creamy Truffle Gnochi 
Harga Rp75.000



Spaghetti Creamy Truffle Sauce

Spaghetti yang dimasak aldente dengan saus krimy trufflebdengan potongan daging ayam dan jamur. 


Truffle Chicken with Butter Rice

Nasi yang dimasak dengan butter yang didampingi daging ayam dengan saus truffle. 


Geisha in Kyoto

Dari warnanya pink cantik tapi rasanya segar. Harga Rp45.000



Poppin Yuzu dan Sour Candy




Caramel Salted Late
Harga Rp45.000



Green Fantasy
Perpaduan antara bayam dan nanas diblender dan dihidangkan dengan es. Rasanya asam-asam segar, cukup membuat mata yang tadinya berat karena mengantuk jadi langsung terbuka lebar. 


Dari 5 menu yang kami pesan,  saya suka sekali dengan Truffle Chicken with Butter Rice.  Nasinya pulen,  wangi dengan potongan daging ayam yang enpuk dipadu saus krimy truffle. 





Review Local Cinema, Bioskop Lokal Murah di Jakarta Selatan

Hai sobat mlaqumlaqu,ada yang suka nonton film kah? Biasanya nonton film apa dan di mana? Kalau saya suka film dengan segala genre asal bukan horor atau yang sadis-sadis, karena menurut saya menonton film itu untuk hiburan jadi nggak mau nonton yang malah bikin takut atau ketrigger akibat cerita di film tersebut. Nah kalau nontonnya di mana, biasanya saya suka nonton di bioskop atau misalkan nggak tayang di bioskop ya nontonnya di platform OTT (Over The Top) yaitu media atau platform streaming, seperti film, acara televisi, maupun serial yang ditayangkan oleh berbagai Production House.

Ngomongin soal bioskop nih, kalau di Indonesia bioskop yang merajai itu bioskop yang berasal dari jaringan bioskop luar negeri seperti XXI, CGV, Cinepolis, Flixx dan yang lainnya. Tapi selain bioskop yang masuk jaringan bioskop, ternyata ada lho bioskop lokal yang tidak masuk jaringan bioskop atau biasa disebut bioskop lokal.



Bioskop Lokal ya Local Cinema

Kebetulan sekali beberapa waktu lalu saya mencoba nonton film di bioskop lokal di wilayah Jakarta Selatan yang beroperasi sejak Desember 2022, yaitu Local Cinema. Local Cinema yang resmi launching di tanggal 15 Januari 2023 lalu ini adalah bioskop yang menawarkan kualitas tontonan yang tak kalah menarik dengan jaringan bioskop lain sejenis serta didukung oleh kualitas gambar yang jernih dan tajam serta kualitas sound system yang bagus berkat teknologi Dolby 7.1.

Local Cinema yang berlokasi di Lottemart Fatmawati Lantai 3F ini cukup mudah diakses baik dengan transportasi umum maupun kendaraan pribadi. Buat sobat mlaqumlaqu yang naik transportasi umum seperti MRT dapat turun di stasiun Cipete Raya dan lanjut jalan kaki sekitar 200 meter ke lokasi. Sedang bila naik TransJakarta, sobat dapat menggunakan bus relasi Blok M-Pondok Labu dan turun tepat di depan atau sebrang Lottemart.

Local Cinema yang berada di lantai 3F Lottemart ini mempunyai 5 studio yang berbeda-beda peruntukannya. Studio pertama yaitu Cinema 1 dan 2 dengan kapasitas penonton 206 orang, sedangkan Cinema 3 berkapasitas penonton sebesar 145 orang dengan harga tiket di hari Senin-Jumat sebesar Rp30.000 dan hari Sabtu-Minggu serta libur nasional sebesar Rp40.000. Studionya cukup luas dengan berpendingin udara (AC) dan dominasi warna merah pada kursinya.


Studio selanjutnya yaitu Prestige dengan kapasitas penonton yang lebih sedikit yaitu 50 orang. Yang membedakan studio Prestige dengan studio Cinema 1,2, dan 3 yaitu dari kapasitas penonton, ukuran ruangan studio, serta jenis kursi. Kursi yang dipergunakan di Prestige ini bisa disetel naik turun untuk sandaran kaki dan punggung kita. Jadi mau posisi tiduran pun juga bisa dilakukan di studio jenis Prestige ini. Menurut mbak Tiara, salah satu Staff Representatif Local Cinema yang bertugas, ke depannya akan ada fasilitas selimut dan bantal untuk studio Prestige ini.

Kebetulan sekali ketika saya mencoba menonton film di Local Cinema ini saya nonton di studio Prestige dan di akhir pekan. Penonton yang menonton di studio Prestige ini juga cukup banyak hampir memenuhi kursi yang ada kurang lebih sepertiganya. Senangnya bisa nonton di studio Prestige ini karena kapasitas kursinya yang terbatas dan untuk ruangannya juga cukup sejuk, kalau saran saya sih sebaiknya menggunakan pakaian tebal karena semakin lama semakin dingin suhu udaranya. Oiya sobat mlaqumlaqu, untuk harga tiket di Prestige ini yaitu sebesar Rp50.000 untuk di hari Senin-Jumat dan Rp70.000 untuk hari Sabtu-Minggu dan hari libur nasional.


Selain jenis studio Cinema dan Prestige, masih ada satu studio lagi yang termasuk jarang ditemui di bioskop lain, yaitu Cinema Kids. Dari namanya sudah ketahuan kalau jenis studio ini memang dikhususkan untuk anak-anak. Begitu saya memasuki ruangan studio Cinema Kids ini wah di dinding studio terpampang warna-warni dan ornamen angka serta huruf di dekorasi dindingnya. Sedang untuk kursinya juga dirancang dengan aneka warna yang cerah ceria seperti merah, kuning, orange, hijau, biru, ungu, duh rasanya seperti memasuki area play ground.

Di Cinema Kids ini nantinya selain untuk menonton film juga dapat disewa untuk special occasion seperti acara ulang tahun. Karena khusus untuk anak-anak, jenis kursinya juga menyesuaikan dengan tubuh anak-anak dan disediakan bantalan tambahan untuk anak yang bertubuh kecil agar bisa pas duduk di kursi dan merasa nyaman ketika menonton film. Khusus untuk anak yang memerlukan pendamping pihak Local Cinema memberlakukan tiket juga untuk sang pendamping, namun karena belum beroperasi jadi belum bisa diumumkan berapa harga tiket untuk Cinema Kids ini. Semoga sih segera bisa dioperasikan dalam waktu dekat ini.

Local Cinema yang walaupun masih baru tapi berusaha untuk memberikan fasilitas terbaik untuk penontonnya, diantaranya dengan menyediakan lobby yang luas dengan kursi dan meja hingga bisa duduk-duduk sambil menunggu studio buka. Fasilitas lainnya yaitu adanya toilet dan mushola untuk penonton yang ingin menunaikan ibadahnya juga charging post untuk kalian yang hendak mencharge gadget kalian. Untuk jam buka Local Cinema yaitu mulai pukul 12.00-22.00 WIB.

Sedangkan untuk jenis makanan dan minuman, sama seperti bioskop lainnya di Local Cinema ini juga menyediakan cemilan seperti popcorn dan minuman ringan yang bisa dibeli mulai dari harga Rp50.000. Nah khusus untuk popcorn di Local Cinema ini cukup menarik sob, karena mereka menyediakan 8 jenis popcorn mulai dari rasa Pineaplle Tart (nastar), Mandarin Orange, Lotus Biscoff, Dark Choco, Cheddar Cheese, Sweet Cheese, Caramel dan Salty. Buat sobat mlaqumlaqu yang hendak merasakan menonton di Local Cinema ini untuk tiket bisa dipesan melalui DM instagram @localcinema.id atau datang langsung di loket. Untuk sementara ini memang belum bisa dipesan melalui online, semoga ke depannya segera bisa difungsikan untuk pemesanan onlinenya. Yuk kita dukung lokal bioskop dengan menonton di Local Cinema.




Rekomendasi Tempat Piknik Asyik Gratis di Jakarta

 Hola sobat mlaqumlaqu, ada yang suka piknik? Biasanya kalo piknik ke mana, sob? Cari tempat yang agak jauhan atau yang dekat-dekat aja yang penting tempatnya nyaman dan pastinya nggak pake tiket masuk alias gratis? Kalo yang gratisan kayaknya banyak juga ya sobat mlaqumlaqu yang pengen, apalagi kalo lokasinya juga dekat dan mudah dijangkau.

Nah kali ini saya mau rekomendasiin tempat piknik asyik yang nggak cuma oke tempatnya tapi juga pastinya gratis dan masih di sekitaran Jakarta. Buat saya tempat piknik itu harus memenuhi kriteria seperti ini:

  • Lokasi mudah di jangkau, baik pakai kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Misalkan pake kendaraan pribadi, tempat tersebut harus menyediakan lahan parkir yang memadai dan aman.
  • Lokasinya cukup luas dengan banyaknya pepohonan yang rindang, jadi kalau mau istirahat gampang dan adem.
  • Fasilitas umum tersedia, seperti toilet, tempat cuci tangan, mushola, stall jajanan. 
  • Free entry alias nggak pake tiket masuk. Misalpun pake tiket masuk tapi cukup affordable dan sesuai dengan tempat dan fasilitas yang didapat oleh pengunjung.
Dengan kriteria tersebut, ternyata saya menemukan lho tempat piknik yang lokasinya ada di sekitaran Jakarta. most of them sih ada di pusat Jakarta ya, sob. Jadi kayak piknik di tengah hutan kota gitu deh. Ke lima tempat yang menurut saya cukup reccomended untuk dijadiin tempat piknik, yaitu sebagai berikut:

1. Hutan kota GBK

Tempat pertama yang saya rekomendasikan sebagai lokasi piknik yaitu Hutan Kota GBK yang lokasinya berada di dalam wilayah Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat. Hutan kota yang telah direvitalisasi ini dibuka untuk umum setiap hari mulai pukul 06.00-10.00 WIB dan 15.00-18.00 WIB dan tidak dipungut bayaran.

Dari segi lokasi, Hutan Kota GBK ini cukup mudah dijangkau baik dengan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. Walau berada di tengah kota, tapi dengan pepohonan yang rindang cukup sebagai alternatif ruang publik yang di tengah serbuan mal-mal dan kafe-kafe.

Baca juga: Piknik di Hutan Kota GBK

2. Taman Langsat


Taman satu ini lokasinya masih di Jakarta juga, tepatnya di Jalan Barito, Kramat Pela. Dengan jam buka mulai dari jam 6.00-18.00 WIB, Taman Langsat menjadi salah satu tempat untuk piknik gratis di perkotaan. Banyaknya pepohonan yang rindang dan tamannya yang luas serta adanya kolam teratai dengan aliran sungai di dekatnya membuat pengunjung merasa nyaman untuk sekedar duduk-duduk menikmati udara sejuk. Luas taman 3,6 hektar ini juga dilengkapi jogging track sepanjang 750 meter. 

Selain cocok untuk mengadakan piknik di taman ini, banyak juga pengunjung yang memanfaatkan keindahan Taman Langsat ini untuk berfoto dengan latar belakang pepohonan dan spot foto lainnya yang gak kalah menarik termasuk spot foto jembatan yang cukup terkenal. Di taman ini juga menjadi tempat penampungan bibit pohon ini dan tempat penyuluhan tentang tanaman. Oiya berdekatan dengan Taan Langsat ini yaitu pasar burung Barito.

3. Ecopark Tebet

Buat warga sekitaran Tebet, siapa yang nggak kenal dengan Ecopark Tebet yang dulu dikenal dengan nama Taman Honda. Baru tahun lalu resmi dibuka untuk umum setelah mengalami revitalisasi dengan menambah berbagai fasilitas pendukung. Ecopark Tebet ini cocok juga untuk dijadikan tempat piknik. Selain wilayahnya yang luas, Ecopark Tebet ini juga menyediakan fasilitas bermain untuk anak-anak dan juga untuk berolahraga.

Kedua belah taman ini dihubungkan dengan jembatan yang menambah minat warga untuk mengunjungi dan melakukan berbagai kegiatan di tempat ini salah satunya piknik bersama keluarga, kerabat dan juga teman. Untuk dapat mengunjungi dan menikmati fasilitas yang ada di Ecopark Tebet ini, pengunjung diharuskan melakukan pendaftaran secara online dan tentunya tidak dipungut bayaran. Untuk jam operasional Ecopark Tebet ini yaitu mulai pukul 06.00-16.00 WIB.

4. Taman Literasi Martha Tiahahu

Taman Literasi Martha Tiahhahu ini berlokasi di Jalan Sisingamangaraja, Melawai, Jakarta Selatan dan baru saja selesai direvitalisasi. Taman seluas 20.960 meter persegi ini sudah berdiri sejak 1948 yang dibuka setiap hari mulai pukul 7.00-20.00 WIB setelah selesai direvitalisasi dan tentunya tidak dipungut bayaran alias gratis bagi pengunjung. Berbagai fasilitas pendukung yang ada di taman ini dibangun untuk kenyamanan pengunjung antara lain adanya fasilitas toilet, mushola, tempat parkir sepeda. Menariknya taman ini juga menyediakan perpustakaan yang menyediakan berbagai buku bacaan untuk dibaca di tempat. Untuk dapat menggunakan fasilitas di perpustakaan ini, pengunjung diharapkan untuk mengisi buku tamu dengan menscan barcode yang ada di meja registrasi. di dalam perpustakaannya ini terdapat fasilitas wifi, sofa, meja, karpet, bean bag, hingga colokan.

Taman ini cukup dekat dengan terminal bus Blok M dan juga stasiun MRT. Jadi buat kalian sobat mlaqumlaqu yang ingin berkunjung ke taman ini dapat menggunakan transportasi umum tersebut. Taman hijau yang ada di taman literasi ini cukup nyaman dan rindang untuk berpiknik bersama keluarga dan kerabat. Di taman tersebut juga disediakan permainan anak, jadi buat yang membawa anak-anak bisa sekalian mendampingi putra-putrinya bermain. Beberapa area di taman ini cocok untuk dijadikan tempat duduk-duduk dan nongkrong bareng. Sementara di bagian tengah terdapat Amphitheatre dengan bangku panjang yang kalau malam hari diterangi lampu-lampu dengan pemandangan kereta MRT yang melintas di atasnya.


Masih ada beberapa lokasi taman dan hutan kota yang bisa dijadikan alternatif tempat piknik yang gratis di Jakarta. Next akan saya sambangi dan saya ulas di sini.