Saung Ranggon, Hidden Gem Rumah Tertua di Cikarang

 Halo sobat mlaqumlaqu. Di artikel sebelumnya di sini, saya mengulas tentang salah satu tempat wisata edukasi di Cikarang yaitu Taman Buaya Indonesia Jaya. Masih berada di Cikarang juga, saya baru tahu lho kalau ternyata ada hidden gem rumah tertua di Cikarang yang berdiri sejak abad 16 yaitu Saung Ranggon. Kondisi rumah tertua tersebut juga masih terawat, yang dijaga oleh generasi ke 6 dari pemilik rumah tersebut. Jadi akhir pekan minggu kemarin itu saya mengikuti acara jalan bareng komunitas Click Kompasiana melakukan Jelajah Click Cikarang. Tujuan destinasi kali ini yaitu wilayah Cikarang dan terpilih salah satunya Saung Ranggon ini.

Saung Ranggon, hidden gem Cikarang Barat

Pada jaman penjajahan Belanda, banyak prajurit Indonesia yang dikejar oleh pasukan Belanda. Tidak sedikit yang tertangkap, namun banyak juga yang berhasil melarikan diri dan bersembunyi. Ada banyak tempat di berbagai daerah di Indonesia yang dipakai sebagai tempat persembunyian atau persinggahan dari kejaran pasukan Belanda, salah satunya rumah penduduk setempat. Kebanyakan rumah jaman dulu itu khas rumah tradisional seperti berbentuk rumah panggung dan terbuat dari kayu Jati atau kayu Ulin yang tahan lama.
Saung Ranggon merupakan salah satu rumah adat tradisional di Cikarang Barat yang menjadi tempat persembunyian anak Pangeran Jayakarta dan para utusan Wali dari kejaran pasukan Belanda. Berlokasi di Desa Cikedokan, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Saung Ranggon ini dibangun sekitar abad 16 atas perintah Pangeran Rangga, salah putra Pangeran Jayakarta yang bermukim di Cikedokan. Menurut kabar, Saung Ranggon ini sempat tidak terurus, hingga akhirnya ditemukan oleh Raden Abbas, pasukan Mataram dan merawatnya. Di jaman kerajaan Pajajaran bahkan Saung Ranggon juga dijadikan sebagai tempat untuk merencanakan strategi perang.

Untuk mencapai Saung Ranggon ini dari stasiun Cikarang menggunakan mobil sewaan dengan waktu tempuh perjalanan sekitar 20 menit atau 20 km. Menempati area seluas 500 meter persegi, Saung Ranggon yang berbentuk rumah panggung ini berukuran 7,6 x 7,2 meter. Setelah menjadi tempat persembunyian dari kejaran pasukan Belanda, Saung Ranggon ini juga difungsikan sebagai tempat penyimpanan benda pusaka seperti keris, pedang peninggalan Pangeran Jayakarta.
Saung dalam bahasa Sunda berarti rumah yang dijadikan sebagai lumbung padi atau tempat penyimpanan hasil tani. Karena berbentuk panggung, Saung Ranggon memerlukan tangga untuk menaikinya dengan 7 buah anak tangga. Uniknya, rangka atap Saung Ranggon ini berbentuk V terbalik, kayu penyangga terbuat dari kayu Ulin yang terkenal ketahanannya. Menurut juru kunci Saung Ranggon yang bertugas memelihara, menjaga dan merawat Saung Ranggon beserta isinya, Ibu Sri Mulyati bahwa tugas menjaga rumah adat peninggalan ini dilakukan secara turun temurun. Beliau adalah generasi ke 6 dari Raden Abbas, pasukan Mataram yang menemukan kembali Saung Ranggon ini di tahun 1821.

Posisi Saung Ranggon ini menghadap Selatan dengan satu pintu utama tanpa jendela. Kondisi Saung Ranggon ini terdiri atas 2 ruangan, di mana yang satu ruangan sebagai ruang terbuka dan yang satunya lagi berupa kamar dengan penyekat tempat menyimpan benda pusaka. Di dalam kamar tersebut juga terdapat tempat tidur, beberapa foto dan lukisan diantaranya foto Presiden Pertama RI Soekarno, lukisan Wali Songo dan juga lukisan Nyai Roro Kidul.

Menurut Ibu Sri, banyak pengunjung yang datang ke Saung Ranggon sekaligus sebagai ziarah ke makam keturunan Pangeran Jayakarta yang lokasi makamnya tidak jauh dari Saung Ranggon tersebut. Sebagai juru kunci, beliau mendampingi setiap ada pengunjung yang hendak berdoa menyampaikan hajatnya di dalam kamar. Oleh sebab itu di dalam kamar juga tersedia sajadah untuk sholat.

Oiya sobat mlaqumlaqu, Saung Ranggon yang dikelilingi pagar ini sudah resmi sebagai cagar budaya Kabupaten Bekasi, ya. Secara keseluruhan, Saung Ranggon ini cukup terawat dengan baik mengingat usianya yang mencapai 5 abad namun masih terlihat kokoh. Di sekeliling ruangan dalam saung ditutup hordeng berwarna biru hingga cahaya matahari minim masuk ke dalam yang membuat ruangan terasa lembab. Selain bangunan saung di depan saung terdapat bangunan rumah tinggal Sri beserta keluarganya, sedang di samping kanan dan kiri saung terdapat rumah makan dan mushola kecil untuk pengunjung melakukan ibadah sholat. Tidak jauh dari mushola terdapat makam keturunan para Wali dan juga sumur yang diperkirakan usianya sama dengan Saung Ranggon tersebut. 




Tidak ada komentar

Posting Komentar

Hai..Terima kasih sudah mampir di blog saya. Tolong tinggalkan komen dengan bahasa yang santun, No Sara, No Politik.