5 Objek Wisata Anti Mainstream di Kota Bogor

 Hai sobat mlaqumlaqu, apa kabar? Ada yang suka jalan-jalan ke kota Bogor? Kalo lagi gabut aka iseng saya suka naik kereta ke Bogor. Selain perjalanannya singkat, cuma 1 jam naik kereta dari Manggarai, kereta KRL commuter pun beroperasi hingga malam, sekitar jam 23.30 WIB. Lumayanlah travelling tipis-tipis ke Bogor buat sekedar me time.

Baca juga: One day trip to Merak naik kereta lokal

Sesampainya di Bogor, biasanya gak banyak tempat yang saya kunjungi. Menikmati sejuknya Kebun Raya dan rindangnya pepohonan atau kulineran di Surya Kencana. Tapi ternyata ada tempat wisata yang bisa dieksplor dan lebih seru lagi lho,  yaitu kampung wisata. 

Beberapa bulan lalu saya berkesempatan berkunjung ke Pulo Geulis, Kampung Batik, Kampung Labirin dan Kampung Perca dalam acara Koteka, yaitu komunitas traveller Kompasiana. 

Ini dia 5 objek wisata anti mainstream di Bogor

Berangkat dari stasiun Manggarai pukul 7.30, satu jam kemudian saya tiba di titik kumpul di pintu luar stasiun Bogor, yang dekat sekali dengan alun-alun Bogor. Alun-alun Kota Bogor sekarang ini semakin cantik setelah mengalami renovasi, seingat saya dulu ada taman di dalam alun-alun ini namanya Taman Topi. Alun-alun kota Bogor banyak dimanfaatkan warga sekitar dan bahkan dari berbagai daerah sekitar Bogor untuk berkumpul bersama keluarga karena lokasinya yang bersebelahan dengan stasiun Bogor. Kebetulan sekali pada hari itu sedang diadakan pameran bunga, buah dan kuliner.

Kalo ngomongin wisata Bogor, pasti nggak asing dengan wisata kuliner di Surya Kencana atau dikenal dengan SurKen atau ke Kebun Raya Bogor. Belum lagi Factory Outlet yang menjamur yang menjajakan aneka produk fashion. Namun ternyata selain wiskul di SurKen, Bogor juga mempunyai destinasi wisata lain yaitu kampung wisata. Seiring dengan makin berkembangnya desa wisata, Bogor pun tidak mau ketinggalan. Walikota Bogor bersama Disparbud Kota Bogor mulai membangun kampung wisata yang selain untuk menambah destinasi wisata yang ada juga sekaligus mendukung pelaku usaha kreatif lokal (UMKM) untuk bangkit. 

Dalam trip kali ini juga menggandeng pelaku UMKM kuliner seperti toko kue Jumpa Bogor yang menjual aneka kue, wingko lembut buatan Gift by Cassandra dan Sirop Sari Pala minuman dengan cita rasa asli buah pala. 



Baca juga: Camilan roti enak Khasanah Sari

Seperti yang dijelaskan bapak Wawan perwakilan dari Disparbud Kota Bogor bahwa pemerintah daerah sangat mendukung sekali pelaku usaha kreatif untuk bangkit dan maju bersama pariwisata kota Bogor. 

Dipandu oleh kang Arif dari Komunitas Wisata Bogor, kami mulai berjalan menuju bus Uncal, salah satu transportasi wisata kota Bogor yang beroperasi setiap hari Jumat, Sabtu dan Minggu untuk warga dan pengunjung kota Bogor. 

Nama Uncal untuk bus wisata kota Bogor diambil dari bahasa Sunda yang artinya rusa, penampakannya seperti bus wisata Bandros kota Bandung, infonya sih memang bus wisata Uncal ini disediakan oleh pemerintah kota Bandung untuk kota Bogor. 

1. Cari Batik di Kampung Batik Cibuluh

Dengan menaiki Uncal kami mengunjungi destinasi pertama yaitu Kampung Batik Cibuluh yang berada di Jl. Neglasari, Kelurahan Cibuluh, Bogor Utara. Di Kampung Batik Cibuluh ini kami dipandu oleh Kak Anya dan Kak Ayu dan siap mengunjungi para perajin batik yang kebanyakan ibu rumah tangga. Selain membatik tulis, mereka juga membuat batik cap yang dari segi harga dan pengerjaannya tentu saja berbeda. Oiya sobat mlaqumlaqu kampung batik Cibuluh ini berdiri sejak 24 Agustus 2019, memang masih baru namun diharapkan dengan keberadaan kampung batik ini dapat membangkitkan pariwisata di Bogor khususnya di Cibuluh.

Di Kampung Batik Cibuluh ini kami menghampiri sekaligus melihat proses pembuatan batik tulis dan cap di Batik Sedulur, Batik Pancawati, Batik Melangit dan Batik Bumiku. Rencananya sih akan berkunjung ke beberapa pembuatan batik lagi, tapi berhubung waktu yang sempit dan harus mengejar destinasi wisata lain jadi kami hanya sempat mengunjungi 4 pembuatan batik tersebut. Uniknya lagi di Kampung Batik Cibuluh ini, sepanjang jalan kami menemukan mural-mural batik yang dibuat oleh warga sebagai penanda bahwa pengunjung memasuki kawasan Kampung Batik Cibuluh.

2. Ada Klenteng tertua di kota Bogor di Pulo Geulis

Setelah mengunjungi Kampung Batik Cibuluh, kami bergerak kembali menggunakan bus wisata Uncal menuju kampung wisata Pulo Geulis. Pulo Geulis ini terletak di Kecamatan Babakan Pasar, kota Bogor. Berada di tengah aliran sungai Ciliwung yang debit airnya cukup tinggi dan cocok untuk berwisata arung jeram atau rafting. Kondisi sungai dan airnya juga cukup bersih dan sebelum memasuki kampung wisata Pulo Geulis ini kami melewati jembatan.

Selain dialiri sungai Ciliwung, kampung Pulo Geulis ini juga dikenal dengan sebutan kampung toleransi karena keberagaman keyakinan warganya. Terkenal dengan percampuran etnis Tionghoa dan Sunda sejak dahulu kala, Pulo Geulis ini mempunyai klenteng tertua di kota Bogor yaitu klenteng Phan Ko Bio yang ditemukan kembali di tahun 1703. Bisa diitung deh berapa umur klenteng Phan Ko Bio ini namun keberadaannya tetap terawat.


Di klenteng Phan Ko Bio ini menerima berbagai umat beragama yang hendak berdoa, termasuk disediakannya mushola untuk pengunjung yang beragama Islam beribadah. Itulah sebabnya kampung di Pulo Geulis ini terkenal dengan sebutan kampung toleransi.

Selesai menyusuri kampung Pulo Geulis dengan aliran sungai Ciliwungnya, kami kembali bergerak menuju destinasi berikutnya yaitu Kampung Labirin. Dari namanya, sepertinya kita harus berhati-hati nih supaya nggak nyasar ke dapur rumah orang saking banyaknya cabang di perkampungan ini. 

3. Nyasar asyik di kampung Labirin

Memasuki kampung Labirin, kami disuguhi oleh atraksi permainan angklung anak-anak usia sekolah dasar yang pada saat ada acara atau kunjungan wisatawan, merekalah yang menyambut para tamu. Tidak dibutuhkan panggung di kampung Labirin ini, karena panggung mereka untuk beratraksi adalah jalanan yang biasa mereka lalui. 


Selain angklung, anak-anak juga mendapatkan latihan menari yang dibimbing oleh pelatih tari dari warga setempat, bahkan para guide yang bertugas memandu kami juga merupakan warga asli kampung Labirin.

Di kampung Labirin ini juga kami dikenalkan dengan para perajin usaha kuliner kerupuk/emping jengkol. Usaha rumahan yang dilakukan ibu-ibu ini cukup membantu perekonomian mereka. Kerupuk/emping jengkol ini bahkan sudah sampai diekspor ke negeri Belanda, lho. 


Dipandu oleh guide lokal kak Ade dan kak Deni dijelaskan bahwa kampung Labirin yang berada di wilayah Kebon Jukut atau disebut juga dengan KeJu ini menjadi destinasi wisata unik oleh Disparbud Kota Bogor yang juga dibantu oleh swasta sebagai bagian dari program CSR mereka.

4. Maksi di tengah sawah AEWO Mulyaharja

Jam sudah menunjukkan lewat pukul 14.00 WIB, pantesan aja perut sudah bernyanyi keroncongan minta diisi. Lepas dari kampung Labirin, kami bergegas menuju Argo Eduwisata Organik Mulyaharja sebagai lokasi kami makan siang. Kebayang nggak sih makan siang di tengah hamparan sawah dengan angin sepoi-sepoi, apalagi menunya menu khas Sunda yang gak jauh dari sambal dan lalapan...duuh ngebayanginnya udah menetes nih air liur hehehe.

Masih menaiki bus wisata Uncal, kami menuju lokasi makan siang. Bus memasuki Bogor Nirwana Residence menuju lokasi persawahan Mulyaharja dan disambung dengan angkot karena jalan menuju lokasi tidak dapat dilalui bus wisata Uncal. Namun perjalanan ini terbayar setelah melihat hamparan sawah yang luas dan tentunya menu masakan yang sudah tersedia di saung di tengah sawah.

Kampung wisata tematik yang berada di Harjamulya, Bogor Selatan ini dibangun dengan konsep agro wisata sekaligus sebagai wisata pendidikan. Itulah mengapa Harjamulya ini mengusung prinsip Agro Eduwisata Organik. Di Harjamulya ini pengunjung selain mendapatkan suasana pedesaan dengan hamparan sawah, tapi juga dapat mempelajari imu organik seperti mengolah sampah menjadi pupuk organik. 

Kegiatan lain yang dapat dilakukan yaitu menanam padi, berkebun, trekking, bersepeda, bahkan juga bermalam di rumah warga. Untuk tiket masuk kampung tematik Mulyaharja ini yaitu sebesar Rp10.000 dengan jam operasional dari pukul 8.00-16.00 WIB. Hari menjelang sore dan kami pun harus segera melanjutkan perjalanan menuju destinasi terakhir yaitu Kampung Perca yang berada di Tajur yang juga terkenal dengan sentra penjualan tas.

5. Kampung Perca

Adalah ibu Nining Sriningsih yang mengawali kegiatan memanfaatkan sisa bahan kain menjadi benda yang bermanfaat dan bernilai jual di Kampung Perca yang berada di kawasan Sindangsari, Tajur ini. Beliau menggerakkan ibu-ibu yang mempunyai keahlian menjahit berkumpul dan berbagi ilmu kepada ibu-ibu yang lain. 

Alhamdulillah kegiatan ini didukung oleh bapak Mardiantosebagai pemilik tempat kursus jahit dan konveksi yang mempersilakan tempat jahitnya untuk ibu-ibu warga Sindangsari belajar menjahit, bahkan beliau menyediakan sisa bahan kain konveksinya untuk dipakai.


Bukan itu saja, dukungan masih terus berlanjut dari ibu Enny Wulan yang juga Ketua TP PKK yang mempunyai pengalaman di bidang fashion. Beliau memberi arahan dan mengajarkan ibu-ibu warga Sindangsari untuk membuat kerajinan dari sisa bahan kain atau perca ini. 

Dari kegiatan ini mereka dapat membuat berbagai benda hasil kerajinan seperti seprei, selimut, tas, baju, ikat kepala, bunga dan masih banyak lagi. Selain membuat kerajinan dari kain perca, salah satu warga juga membuat olahan minuman herbal. Ketika kami berkunjung, kami juga disuguhi minuman herbal dari buah pala yang juga menjadi salah satu usaha rumahan warga di kampung Perca ini. 

Bir Petok yang kalau di Jakarta rasanya mirip dengan minuman khas Betawi bir pletok, kemungkinan berbahan sama yaitu rempah-rempah. Minuman herbal yang menyegarkan tenggorokan dan juga tubuh setelah lelah seharian mengeksplor kampung wisata di kota Bogor.

Penutup yang mengesankan dari trip bareng Koteka hari itu, namun sayangnya hari menjelang senja dan kami harus mengakhiri perjalanan kami di Kampung Perca ini. Sungguh suatu pengalaman yang berharga dan berkesan dapat mengeksplor kota Bogor dan ternyata jalan-jalan bareng itu #LebihSeruDiKotaBogor


Disclaimer: Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Eksplor Bogor bareng Koteka, mulai dari naik Uncal hingga ke Kampung Batik (part 1)" dan "Koteka Trip: Hati-hati Nyasar di Kampung Labirin dan Nikmatnya Makan Siang di Mulyaharja (part 2-end)".


Tidak ada komentar

Posting Komentar

Hai..Terima kasih sudah mampir di blog saya. Tolong tinggalkan komen dengan bahasa yang santun, No Sara, No Politik.