Berkonten Ria Bersama IndiHome, Mengeksplor Rangkasbitung Berkebaya, Mulai dari Museum Multatuli hingga Goa Maria

Hai sobat mlaqumlaqu, kali ini saya mau rekomendasikan tempat wisata sejarah dan juga wisata religi di sekitar Rangkasbitung. Kalau dulu saya cuma sempat mampir sebentar di Rangkasbitung untuk transit sebelum lanjut ke Merak, kali ini saya mendapat keempatan untuk mengeksplor objek wisata di Rangkasbitung.

Baca juga: Weekend Gateway to Merak

Perjalanan kali ini saya bersama rombongan komunitas Perempuan Pelestari Budaya Nusantara (PPBN) yang khusus mengenakan kebaya dan kain ketika mereka melakukan aktifitas. Nggak jadi masalah walaupun berkain dan berkebaya kami tetap enjoy wira-wiri ke sana ke mari. Menggunakan bus kami berangkat start dari Bekasi dan karena saya tinggal di Jakarta jadi mengambil titik temu di RS UKI Cawang pada Minggu (11/3) pukul 9.00 WIB dan lanjut menjemput sebagian peserta lagi yang tengah menunggu di titik temu berikutnya yaitu di Rest Area Tangerang Selatan lalu lanjut menuju Rangkasbitung.

Jelajah museum hingga tempat ibadah

Museum Multatuli 

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam, tibalah kami di tujuan wisata pertama kami yaitu Museum Multatuli. Museum yang berlokasi di Jl. Alun-Alun Timur No.8, Rangkasbitung Barat, Kec. Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten ini dahulunya adalah rumah peninggalan Wedana Rangkasbitung. Museumnya sendiri berdiri sejak 18 Februari 2018 yang diambil dari nama Multatuli atau Edward Douwes Dekker, yang mengambil tema tentang anti kolonialisme di mana banyak ditampilkan tentang sejarah kolonialisme dan juga pergerakan anti kolonialisme yang dilakukan oleh para pejuang nasionalisme Indonesia.
Bangunan di Museum Multatuli ini berdiri di atas tanah seluas 1934m2 yang terdiri atas pendopo di bagian depan, ruang pameran museum, kantor, toilet, taman dan juga tempat penyimpanan koleksi. Menariknya di taman di Museum Multatuli ini terdapat patung Multatuli yang terbuat dari tembaga yang juga ada di dalam ruang pamer. Di museum ini juga terdapat karya novel yang fenomenal yang berjudul Max Havelaar, buah karya Multatuli dalam bahasa Perancis.

Perpustakaan Saidja Adinda 

Perpustakaan yang lokasinya bersebelahan dengan Museum Multatuli ini menjadi salah satu rujukan masyarakat kota Rangkasbitung dalam belajar literasi. Sayangnya ketika kami datang perpustakaan ini tutup dikarenakan kami datang di akhir pekan sedang waktu operasional perpustakaan ini hanya di hari kerja dari Senin hingga Jumat. 

Alun-alun Kota Rangkasbitung

Setelah puas menjelajah Museum Multatuli kami bergegas menuju pendopo Alun-alun kota Rangkasbitung yang tidak begitu jauh dari museum untuk beristirahat menikmati hidangan makan siang yang sudah kami persiapkan sebelumnya. Selagi berisitirahat makan siang dan sebagian melakukan sholat di mesjid Al- A'raf kami dihibur oleh pengamen yang kebetulan melintas sembari kami berbagi rejeki kepada mereka dan juga para pedagang yang ada di sekitar alun-alun.

Mesjid Agung Al A'raf

Mesjid Agung Al A'raf ini dibangun tahun 1928 di atas tanah wakaf dengan luas sekitar 3.264 meter persegi. Seperti mesjid pada umumnya, Mesjid Agung Rangkasbitung ini juga memiliki menara setinggi 40 meter yang berfungsi untuk menyiarkan azan panggilan sholat. Di mesjid ini kami melakukan sholat sebelum melanjutkan perjalanan menuju destinasi religi berikut yaitu Goa Maria Bukit Kanada dan Vihara Ananda Avalokitesvara yang lokasinya tidak terlalu jauh dari alun-alun ini. Menarik ya, setelah berkunjung ke mesjid kini kami beralih ke wisata religi umat Kristiani dan umat Budha. 

Goa Maria Bukit Kanada

Goa Maria Bukit Kanada (GMBK) yang berlokasi di desa Jatimulya, Rangkasbitung sekitar 3 kilometer dari alun-alun. Pada awalnya, GMBK ini dibangun untuk tempat beribadah umat Katolik yang dibangun pada tahun 1988 oleh umat Paroki Santa Maria Tak Bernoda, Rangkasbitung dan dibantu pimpinan Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi (SFS) di Rangkasbitung.

Namun kedepannya menjadi salah satu objek wisata religi yang banyak dikunjungi oleh wisatawan dari luar Rangkasbitung dan juga dari berbagai penganut agama lain. Dengan tiket masuk sebesar Rp20.000 dan buka 24 jam setiap hari, GBMK ini terdapat Gua Maria, Kapel Santa Maria Lordes dan juga kawasan agrowisata yang meliputi kebun sayur, kolam ikan, juga tersedia tempat penginapan yang disediakan bagi yang hendak menginap untuk retreat. 
Keberadaan GMBK ini tidak hanya membawa keberkahan bagi wisatawan yang berkunjung tapi juga penduduk sekitar yang ikut mendapatkan berkah rejeki dari pengunjung yang datang.

Vihara Ananda Avalokitesvara

Lanjut dari GMBK kami beranjak menuju Vihara Ananda Avalokitesvara yang berlokasi di Jalan Sunan Kalijaga, kelurahan Muara Ciujung Timur, Rangkasbitung yang dibangun pada tahun 1957. Pembangunan vihara ini tidak lepas dari peran warga pribumi yang memiliki lahan yang sekarang ditempati vihara yang merupakan kampung kebon kopi, yaitu mbah Zakaria. Sebagai penghormatan atas peran beliau, di dalam vihara ini terdapat satu ruang persembahan atau altar untuk para pengunjung berdoa.
Walaupun mbah Zakaria berbeda keyakinan namun berkat bantuan beliau umat Budha dapat beribadah dengan tenang dengan dibangunnya vihara ini. Masyarakat sekitar juga hidup rukun damai dengan perbedaan keyakinan yang ada, seperti yang terdapat dalam nilai Pancasila bahwa Ketuhanan Yang Maha Esa. 

Berkonten Ria bersama IndiHome

Pengalaman mengikuti perjalanan wisata bersama Komunitas PPBN ini memberi kesan dan sayang bila tidak diabadikan dan disebarkan sebagai salah satu referensi tempat wisata menarik yang patut dikunjungi. Beruntungnya jaringan internet cepat yang mumpuni berhasil membantu saya dalam memposting artikel pengalaman saya ini.

Berkat dukungan Telkom Indonesia sebagai internetnya Indonesia, momen penting ini dapat saya sebarkan sebagai konten yang insyaa Allah bermanfaat bagi para pelaku jalan-jalan. Apalagi IndiHome sebagai provider Telkom Indonesia didukung oleh jaringan fiber optic yang mampu melakukan transfer data dengan kecepatan hingga 100 Mbps. Jaringan fiber optic ini ditengarai cukup tangguh dari ganggun elektromagnetik dan bahkan serangan petir, jadi aktivitas berkonten ria bersama IndiHome jadi aktivitas tanpa batas.






























Tidak ada komentar

Posting Komentar

Hai..Terima kasih sudah mampir di blog saya. Tolong tinggalkan komen dengan bahasa yang santun, No Sara, No Politik.