Kenduri Larung Sukerto, Doa dan Harapan Masyarakat Pati


Kenduri Larung Sukerto, Doa dan Harapan Masyarakat Pati


Apa ya yang pertama kalian bayangkan ketika mendengar kata kenduri? Makan-makan atau selamatan? Kenduri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah salah satu tradisi perjamuan makan untuk memperingati peristiwa, meminta berkah dan sebagainya. Kenduri atau yang lebih dikenal dengan sebutan Selamatan atau Kenduren (dalam bahasa Jawa) telah ada sejak dahulu kala sebelum masuknya agama ke Nusantara.

Dalam praktiknya, Kenduri merupakan sebuah acara berkumpul dengan tujuan meminta kelancaran atas segala sesuatu yang dihajatkan dari sang penyelenggara yang mengundang orang-orang sekitar untuk datang.

Begitu pula acara kenduri yang dilakukan masyarakat Pati, Jawa Tengah pada Sabtu (09/03) sore ini yang dilaksanakan di TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Banyutowo, Desa Banyutowo, Kec. Dukuhseti, Pati, Jawa Tengah.

Acara Kenduri  Nusantara 2019 yang bertajuk “Umbul Donga Larung Sukerto, Merawat NKRI Menjaga Indonesia” ini merupakan insiatif masyarakat dan dilakukan atas swadaya masyarakat kota Pati. Jadi masyarakat kota Pati melaksanakan hajatan ini juga sebagai bentuk kepedulian terhadap situasi bangsa sekarang ini. Kita gak mau ya persatuan dan kesatuan bangsa menjadi tercerai berai.

Hajatan Kenduri Nasional ini juga menjadi salah satu destinasi wisata menarik bagi para wisatawan baik dalam dan luar negeri lho. Juga sebagai salah satu agenda promosi wisata daerah kota Pati.

Kota Pati sendiri yaitu sebuah kabupaten yang berada di wilayah Jawa Tengah ini termasuk dalam wilayah strategis. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Rembang di timur, Kabupaten Blora dan Grobogan di selatan, serta Kabupaten Kudus dan Jepara di barat.

Kebetulan sekali saya pernah melewati kota Pati ketika berkunjung ke Kudus, kota kelahiran almarhum Bapak saya. Kota dengan masyarakatnya yang ramah dan menjunjung tinggi adat istiadatnya. Sayangnya saya belum sempat menjelajahi kota Pati yang terkenal dengan semboyan Bumi Mina Tani.

Dalam acara kenduri Umbul Donga Larung Sukerto ini, masyarakat Pati menghaturkan rasa syukur atas anugerah Tuhan yang telah diberikan melalui hasil lautnya.

Tari Gambyong di Kenduri Larung Sukerto

Acara Kenduri ini dibuka dengan tarian Gambyong yang merupakan tari tradisional Jawa klasik yang berawal dari Surakarta, yang biasanya dibawakan untuk pertunjukan menyambut tamu.

Hal ini menunjukan bahwa masyarakat Pati menghormati dan menghargai kehadiran para tamu dalam acara kenduri ini.

Umbul Donga Larung Sukerto ini juga terinspirasi oleh apa yang dilakukan masyarakat Solo melalui "Doa Anak Negeri" yang diselenggarakan minggu lalu. Masyarakat Pati juga merasakan kegelisahan yang sama untuk memberikan yang terbaik dan memiliki tanggung jawab terhadap bangsa dan negara Indonesia.

Larung Sukerto adalah simbol untuk melarung atau membuang hal-hal negatif yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Sepasang Kembang Mayang dan Bebek Putih


Dalam acara kenduri ini terdapat sajian yang berupa Kembulan dan Sepasang Kembang Mayang yang dilarung atau dihanyutkan ke laut sebagai prosesi Larung Sukerto.

Tumpeng Merah Putih

Kembulan sendiri yaitu berupa tumpeng merah putih sebagai simbol tanah air. Ritual tumpengan merah putih kini banyak disajikan di berbagai ritual kenduri sebagai wujud kecintaan masyarakat akan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Bapak Ipong Ismunarto, perwakilan warga Pati


Seperti yang dikatakan Bapak Ipong Ismunarto, perwakilan masyarakat Pati, "Kenduri Larung Sukerto ini selain sebagai tradisi juga sebagai wujud tekad kami sebagai bagian dari warga negara Indonesia yang tidak ingin Ibu Pertiwi bersusah hati dan wujud rasa syukur atas anugerah Tuhan yang telah dilimpahkan kepada kami".

Sudah saatnya sebagai anak bangsa, kita merawat NKRI dan menjaga Indonesia sebagai wujud cinta dan bakti pada tanah air. Masyarakat Indonesia dengan keanekaragamannya harus bersatu dalam damai demi Indonesia Jaya.